Penulis: Martha Beruh, S. IP., M. AP
Pengamat Politik/Koordinator Aktivis Millenial Aceh
BANDA ACEH, BISAAPA.CO.ID | Tahun 2024 merupakan tahun politik menjadi momentum bagi masyarakat menentukan seorang pemimpin, termasuk masyarakat Aceh Tenggara juga ikut serta dalam pemilihan kepala daerah pada tanggal 27 November 2024 mendatang. Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Aceh, daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, Masyarakat Aceh Tenggara dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mayoritas berprofesi sebagai Petani pekebun dan peternak. Ada beberapa Produk pertanian yang begitu unggul di daerah ini, seperti kakau, karet, pinang, jagung dan jenis lainnya.
Momentum Pemilihan kepala daerah 27 November 2024 mendatang sebenarnya harus di manfaatkan dalam menentukan pemimpin yang memiliki visi-misi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui potensi daerah yang ada dan berkelanjutan. Namun tampaknya cita – cita ini sulit terwujud jika masyarakat tidak cerdas dalam berpolitik, dalam demokrasi seorang pemimpin ditentukan oleh rakyat melalui pemilihan langsung, seperti yang dikatakan salah satu Filsuf yang bernama Aristoteles, kekuasaan tertinggi ada di tangan Rakyat. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa sebagai rakyat kita juga di tuntut untuk cerdas, cerdas dalam memilih. Karena pemilih yang cerdas akan menentukan pemimpin yang berkualitas.
Budaya Politik di Kabupaten Aceh Tenggara
Secara teoritis menurut Almond & Verba (1963) Menjelaskan Budaya Politik adalah sikap dan orientasi yang Khas pada warga negara, budaya politik menurut Almond & verba memiliki tiga tipe, pertama budaya politik parokeal dimana tipe yang satu ini partisipasi masyarakat dalam berpolitik rendah acuh tidak acuh terhadap politik dan anti ketika bicara politik, kedua budaya politik Kaula tipe budaya politik satu ini bisa dibilang satu tingkat lebih tinggi dari tipe budaya politik Parokeal namun masih belum sempurna, contoh kecil mereka paham politik namun enggan terlibat dalam politik, namum ketika bicara politik belum membicarakan politik gagasan. selanjutnya jenis budaya politik yang ketiga, Budaya Politik Partisan, tipe budaya politik satu ini bisa dikatakan tipe budaya politik yang lebih tinggi dari tipe budaya politik Parokeal dan kaula dimana dapat dikatakan Masyarakat nya memiliki pemikiran politik gagasan dan pemahaman Politik yang lebih tinggi dan aktif, dan mau terlibat dalam Politik.
Secara umum budaya politik masyarakat di Aceh Tenggara bisa di katakan budaya politik campuran Kombinasi ketiga dari tipe budaya politik yang di jelaskan diatas, Parokeal, Kaula, dan Partisipan , Namun jika kita lihat dari segi Persentase Mungkin akan cenderung ke 70% menganut tipe Budaya Politik Kaula, punya hasrat bepolitik namun tidak menyentuh ide dan gagasan politik, hal ini dapat dibuktikan dalam perjalanan musim pilkada dari sebelumnya hingga berjalan saat ini. Dimana money politik masih dianggap hal yang biasa padahal inilah yang menimbulkan mala petaka, money politik bukan lagi rahasia umum di kabupaten ini karena sudah menjadi pertimbangan utama dalam memilih pemimpin bahkan istilah kata ” ise mbue en Sen Ne Edi kiteh Pilih” artinya, Siapa nanti yang banyak duitnya itu kita pilih. Kalimat ini sering di ucapkan masyarakat Aceh Tenggara dalam menentukan pemimpin, karena itu wajar kita sebut Aceh Tenggara krisis politik ide dan gagasan.
Primordialisme Politik di Aceh Tenggara
Secara teoritis Primordialisme menurut Kun Maryati (2014) adalah ikatan seseorang dalam kehidupan sosial yang sangat di pegang teguh, baik ras, suku, dan agam hingga kelompok tertentu, Kabupaten Aceh Tenggara memiliki beragam suku dan agama yang hidup berdampingan, dalam kehidupan politik ataupun dalam menentukan seorang pemimpin tidak terlepas dari budaya dan adat yang melekat, Primordialisme politik dalam dimensi kepemimpinan di aceh tenggara masih begitu melekat dimana masyarakat memilih berdasarkan suku, memang bukan menjadi syarat wajib tetapi paham kesukuan di aceh tenggara masih begitu melekat dalam menentukan seorang pemimpin.
Primordialisme ini masih menjadi alat aktor-aktor polItik dimana mengkampanyekan kesukuan dan memainkan isme kedaerahan, hal ini dapat kita buktikan dari setiap strategi yang di bangun oleh setiap aktor politik di kabupaten Aceh tenggara dimulai dari kelompok kecil di sebut (Marga) , seperti (Umpuk) semacam keturunan dan jenis etnis lainnya peran politik semacam ini sangat terang menerang sudah terlihat, namun sejauh ini primordialisme politik yang terbangun di Aceh Tenggara tidak juga menyentuh politik ide dan gagasan masih mengedepankan kelompok tertentu tidak secara Umum.
Bahaya Money Politik
Money Politik ataupun politik uang sangat berbahaya bagi keberlangsungan dan keberlanjutan suatu pemerintahan selaras dengan Menurut pakar hukum tata negara Yuzril Ihza Mahendra definisi money politic sangat jelas, yakni mempengaruhi masa pemilu dengan imbalan materi, tentu sangat berbahaya dalam kemajuan daerah, contoh sederhana saja ketika seseorang terpilih dengan modal yang begitu besar dapat dipastikan hanya akan memikirkan pengembalian modal yang telah dikeluarkan maka kehidupan suatu daerah cenderung melahirkan Korupsi, dan Nepotisme dalam suatu pemerintahan, wajib bagi kita sebagai pemilih yang cerdas menghindari politik uang.
Tanpa di sadari politik uang akan melahirkan pemerintahan yang kotor jauh dari tata Kelola pemerintahan yang baik dan bersih atau Good and Clean Governance, jika ini tercipta di Aceh Tenggara, akan sangat mempengaruhi semua sektor baik sektor pendidikan akan semakin mundur, kualitas pelayanan kesehatan akan semakin bobrok, sistem ekonomi akan semakin mundur hingga menciptakan kemiskinan, dan sektor lainnya akan mengalami kemunduran. Sebagai masyarakat yang cerdas sudah seharusnya mengedepankan politik ide dan gagasan, dalam sistem demokrasi masyarakat di tuntut menjadi cerdas mengedepankan ide dan gagasan sehingga pemimpin yang lahir adalah benar-benar hasil dari demokrasi partisipatoris bukan dari paksaan bandit yang mengedepankan pembelian suara, tetapi dari hasil visi-misi.
Pentingnya Politik Ide dan Gagasan di Aceh Tenggara
Pertanyaan kemudian muncul mengapa pentingnya politik ide dan gagasan, sebelum lebih jauh alangkah eloknya kita kembali memahami politik itu apa ? Menurut para ahli salah satunya seperti Aristoteles mengklaim bahwa politik adalah studi tentang hukum suatu kota, tindakan yang dilakukan warga negaranya, dan kepemimpinan, lebih jauh juga politik tidak terlepas yang namanya kekuasaan, namun definisi kekuasaan menurut ilmu politik juga berbeda dengan menurut bandit, kekuasaan menurut Ilmu politik adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk mewujudkan kebaikan bersama, sedangkan Kekuasaan menurut bandit yaitu menguasai terdeteksi Dengan Kerakusan.
Untuk menjawab pentingnya politik ide dan gagasan adalah. Akan membawa kita pada kemajuan, baik itu kemajuan ekonomi, kemajuan pendidikan, dan kemajuan sosial lainnya. Secara khusus Aceh tenggara butuh politik ide dan gagasan, secara sadar Aceh tenggara masih ketinggalan di segala sektor, baik sektor pendidikan, sektor ekonomi , sektor sosial lainnya itulah jawab konkrit mulailah mengedepankan politik ide dan gagasan.
Di sektsektor sumber daya alam Aceh Tenggara memiliki kekayaan yang luar biasa, hasil pertanian kita begitu melimpah ruah baik itu Kakau, jagung, karet, coklat. Dan hasil bumi lainnya namun sayangnya hasil kekayaan kita saat ini belum terkelola dengan baik, tidak ada industri pengelolaan bahan jadi yang di ciptakan oleh pemimpin kita, sehingga hasil bumi kita hanya dijual keluar dengan bahan mentah, sehingga bahan jadi di beli kembali oleh masyarakat Aceh Tenggara dengan harga yang relatif tinggi, hal ini terjadi atas dasar dari pemahaman politik kita yang cenderung mengedepankan politik uang bukan politik ide dan gagasan sehingga mendapatkan pemimpin yang memiliki ide dan gagasan hanya menjadi mimpi.(*).